1. Ubiquitous Computing – Era Ketiga dari Revolusi Komputer
a.
Introduksi
Istilah
ubiquitous computing –selanjutnya dalam artikel ini akan disingkat
sebagai ubicomp- pertama kali dimunculkan oleh Mark Weiser, seorang
peneliti senior pada Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun 1988
pada sebuah forum diskusi di lingkungan internal pusat riset tersebut. Istilah
ini kemudian tersebar lebih luas lagi setelah Weiser mempublikasikannya pada
artikelnya yang berjudul ”The Computer of the 21st Century” di jurnal
Scientific American terbitan September 1991.
Dalam artikelnya tersebut Weiser
mendefiniskan istilah ubicomp sebagai:
”Ubiquitous computing is
the method of enhancing computer use by making many computers available
throughout the physical environment, but making them effectively invisible to
the user”
Apabila diterjemahkan
secara bebas maka ubicomp dapat diartikan sebagai metode yang bertujuan
menyediakan serangkaian komputer bagi lingkungan fisik pemakainya dengan
tingkat efektifitas yang tinggi namun dengan tingkat visibilitas serendah
mungkin.
Weiser
menjelaskan bahwa terminologi komputer dalam dunia ubicomp tidak
terbatas pada sebuah PC, sebuah notebook, ataupun sebuah PDA tetapi
berwujud sebagai macam-macam alat yang memiliki sifat demikian natural,
sehingga seseorang yang tengah menggunakan ubicomp devices tidak akan
merasakan bahwa mereka tengah mengakses sebuah komputer.
Latar
belakang munculnya ide dasar ubicomp berasal dari sejumlah pengamatan
dan studi di PARC terhadap PC, bentuk komputer yang paling dikenal luas oleh
masyarakat. PC yang mempunyai kegunaan dan manfaat demikian besar ternyata
justru seringkali menghabiskan sumberdaya dan waktu bagi penggunanya, karena PC
membuat penggunanya harus tetap berkonsentrasi pada unit yang mereka gunakan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, PC justru membuat mereka terisolasi dari
aktifitas lainnya. Dengan kata lain dibanding menghemat sumberdaya dan waktu
untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, PC justru menambah beban untuk tetap
menjaga konsentrasi dan fokus pemikiran kita pada sang alat. Segala fokus dan
sumberdaya ini akan tersedot secara berlipat ganda oleh PC apabila terjadi
permasalahan yang mengarah pada teknologi, semacam serangan virus atau
kerusakan teknis.
Untuk
lebih memahami ubicomp kita dapat memandang konsep Virtual Reality (VR)
sebagai kebalikan 1800 darinya. Konsep dasar VR adalah mencoba
membuat suatu dunia di dalam komputer. Pengguna memakai berbagai macam alat
semacam VR goggles, body suit, atau VR glove yang dapat
menerjemahkan gerakan mereka sehingga dapat digunakan untuk memanipulasi obyek
virtual. Meski VR membawa penggunanya untuk menjelajahi alam realitas melalui
simulasi, misalnya pada simulasi penjelajahan di luar angkasa, VR tidak dapat
dipungkiri tetap sebuah peta dan bukan sebuah area di dunia nyata. VR
mengabaikan orang-orang di sekitar user, mengabaikan bangku tempat duduk
user, dan berbagai aspek nyata lainnya. Dapat dikatakan bahwa VR
berfokus pada usaha mensimulasikan dunia nyata ke dalam komputer dibanding
memanipulasi secara langsung object atau state dunia nyata untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan. Di lain pihak ubicomp justru berusaha
memanipulasi object dan state di dunia nyata untuk menyelesaikan
permasalahan yang nyata pula.
Contoh
berikut ini akan menjelaskan bagaimana ubicomp dapat diterapkan di
kehidupan sehari-hari:
Suatu
ketika tersebutlah seorang engineer di sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang teknologi. Dia berangkat kerja dengan mobilnya melewati jalan tol
modern tanpa penjaga pintu tol. Mobil sang engineer telah dilengkapi
dengan sebuah badge pintar berisi microchip yang secara otomatis
akan memancarkan identitas mobil tersebut pada serangkaian sensor saat melewati
pintu tol seperti tampak pada gambar 1. Pembayaran jalan tol akan didebet
langsung dari rekeningnya setiap minggunya sesuai data yang di-update
setiap mobilnya melewati pintu tol dan disimpan dalam komputer pengelola jalan
tol.
Gambar 1 Sistem Pintu Tol Otomatis
(sumber gambar: HowStuffWorks)
Saat
mobilnya mendekati pintu kantor, sensor pada gerbang pagar kantor mengenali
kendaraan tersebut berkat pemancar lain yang terdapat di mobil tersebut dan
secara otomatis membuka gerbang.
Pada
kartu pegawai sang engineer terpasang device pemancar yang secara
otomatis akan mengaktifkan serangkaian sensor pada saat ia memasuki kantor.
Pintu ruang kerjanya akan terbuka secara otomatis, pendingin ruangan akan
dinyalakan sesuai dengan suhu yang nyaman baginya dan mesin pembuat kopi pun
menyiapkan minuman bagi sang engineer.
Meja
kerja sang engineer dilapisi sebuah pad lembut yang mempunyai
berbagai fungsi. Saat ia meletakkan telepon selulernya di pad tersebut,
secara otomatis baterai ponsel tersebut akan diisi. Jadwal hari tersebut yang
sudah tersimpan dalam ponsel akan ditransfer secara otomatis ke dalam komputer
dengan bantuan pad tersebut sebagai alat inputnya. Misalkan di hari
tersebut ia telah mengagendakan rapat bersama para stafnya maka komputer secara
otomatis akan memberitahukan kepada seluruh peserta rapat bahwa rapat akan
segera dimulai.
Contoh
di atas tidak memerlukan sebuah penemuan teknologi revolusioner, tidak ada
algoritma kecerdasan buatan yang rumit atau alat-alat dengan teknologi seperti
pada film-film fiksi ilmiah yang tidak terjangkau oleh kenyataan. Charger pad untuk telepon seluler
seperti pada gambar 2 misalnya, saat ini merupakan sebuah alat yang telah
diproduksi secara komersial. Apabila charger
tersebut diberi suatu fitur yang dapat mentransfer data dari telepon seluler ke
komputer maka sempurnalah fungsinya sebagai sebuah contoh ubicomp device. Dengan teknologi mikro dan nano saat ini satu buah
kartu pegawai yang kecil dan pipih dengan beberapa microchip dapat
berfungsi sebagai pemancar sekaligus media penyimpanan data. Reaksi alat-alat
semacam pad, pendingin ruangan, pintu otomatis, dan sebagainya dapat
diatur dengan serangkaian perintah IF-THEN yang sederhana. Untuk komunikasi
antar alat atau dari pemancar menuju sensor hanya dibutuhkan teknologi wireless
biasa yang saat ini pun sudah umum digunakan.
Gambar 2
Charger pad (sumber
gambar: PC Media)
Ubicomp menjadi inspirasi dari pengembangan komputasi yang
bersifat “off the desktop”, di mana interaksi antara manusia dengan
komputer bersifat natural dan secara perlahan meninggalkan paradigma keyboard/mouse/display
dari generasi PC. Kita memahami bahwa jika seorang manusia bergerak, berbicara
atau menulis hal tersebut akan diterima sebagai input dari suatu bentuk
komunikasi oleh manusia lainnya. Ubicomp menggunakan konsep yang sama,
yaitu menggunakan gerakan, pembicaraan, ataupun tulisan tadi sebagai bentuk
input baik secara eksplisit maupun implisit ke komputer. Salah satu efek
positif dari ubicomp adalah orang-orang yang tidak mempunyai
keterampilan menggunakan komputer dan juga orang-orang dengan kekurangan fisik (cacat)
dapat tetap menggunakan komputer untuk segala keperluan.
Dua
contoh awal dari pengembangan ubicomp adalah Active Badge dari
Laboratorium Riset Olivetti dan Tab dari Pusat Riset Xerox Palo Alto. Active
Badge dikembangkan sekitar tahun 1992, berukuran kira-kira sebesar radio
panggil (pager), alat ini terpasang di saku pakaian atau sabuk para pegawai dan
digunakan untuk memberikan informasi di mana posisi seorang karyawan dalam
kantor, sehingga saat seseorang ingin menghubunginya lewat telepon secara otomatis
komputer akan mengarahkan panggilan telepon ke ruang di mana orang tersebut
berada. Sedangkan Xerox PARC Tab yang juga dikembangkan pada sekitar tahun 1992
adalah sebuah alat genggam (handheld) dengan kemampuan setara dengan
sebuah communicator. Patut diingat kedua alat ini diciptakan sekitar 15
tahun lalu dan bahkan sempat diproduksi secara komersial jauh sebelum era
telepon seluler 3G yang tengah kita alami saat ini.
Gambar 3 Olivetti Active Badge dan Xerox PARC Tab
(sumber gambar : Olivetti dan Xerox)
b.
Aspek-aspek yang Mendukung Pengembangan Ubiquitous
Computing
Sebagai sebuah teknologi terapan
ataupun sebagai sebuah cabang dari ilmu komputer (Computer Science)
pengembangan ubicomp tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek ilmu
komputer yang lain. Aspek-aspek
penting yang mendukung riset pengembangan ubicomp adalah:
Ø
Natural
Interfaces
Sebelum adanya konsep ubicomp
sendiri, selama bertahun-tahun kita telah menjadi saksi dari berbagai riset
tentang natural interfaces, yaitu penggunaan aspek-aspek alami sebagai
cara untuk memanipulasi data, contohnya teknologi semacam voice recognizer
ataupun pen computing. Saat ini implementasi dari berbagai riset tentang
input alamiah beserta alat-alatnya tersebut yang menjadi aspek terpenting dari
pengembangan ubicomp.
Kesulitan utama dalam
pengembangan natural interfaces adalah tingginya tingkat kesalahan (error
prone). Dalam natural interfaces, input mempunyai area bentuk yang
lebih luas, sebagai contoh pengucapan vokal “O” oleh seseorang bisa sangat
berbeda dengan orang lain meski dengan maksud pengucapan yang sama yaitu huruf
“O”. Penulisan huruf “A” dengan pen computing bisa menghasilkan ribuan
kemungkinan gaya penulisan yang dapat menyebabkan komputer tidak dapat
mengenali input tersebut sebagai huruf “A”.
Berbagai riset dan
teknologi baru dalam Kecerdasan Buatan sangat membantu dalam menemukan
terobosan guna menekan tingkat kesalahan (error) di atas. Algoritma
Genetik, Jaringan Saraf Tiruan, dan Fuzzy Logic menjadi loncatan
teknologi yang membuat natural interfaces semakin “pintar” dalam
mengenali bentuk-bentuk input alamiah.
Ø Context
Aware Computing
Context
aware computing
adalah salah satu cabang dari ilmu komputer yang memandang suatu proses
komputasi tidak hanya menitikberatkan perhatian pada satu buah obyek yang
menjadi fokus utama dari proses tersebut tetapi juga pada aspek di sekitar
obyek tersebut. Sebagai contoh apabila komputasi konvensional dirancang untuk
mengidentifikasi siapa orang yang sedang berdiri di suatu titik koordinat
tertentu maka komputer akan memandang orang tersebut sebagai sebuah obyek
tunggal dengan berbagai atributnya, misalnya nomor pegawai, tinggi badan, berat
badan, warna mata, dan sebagainya.
Di lain pihak Context Aware Computing tidak hanya
mengarahkan fokusnya pada obyek manusia tersebut, tetapi juga pada apa yang
sedang ia lakukan, di mana dia berada, jam berapa dia tiba di posisi tersebut,
dan apa yang menjadi sebab dia berada di tempat tersebut.
Dalam contoh sederhana di atas
tampak bahwa dalam menjalankan instruksi tersebut, komputasi konvensional hanya
berfokus pada aspek “who”, di sisi
lain Context Aware Computing tidak
hanya berfokus pada “who” tetapi juga
“when”, “what”, “where”, dan
“why”.
Context
Aware Computing memberikan
kontribusi signifikan bagi ubicomp
karena dengan semakin tingginya kemampuan suatu device merepresentasikan context
tersebut maka semakin banyak input yang dapat diproses berimplikasi pada
semakin banyak data dapat diolah menjadi informasi yang dapat diberikan oleh device tersebut.
Ø Micro-nano
technology
Perkembangan teknologi
mikro dan nano, yang menyebabkan ukuran microchip
semakin mengecil, saat ini menjadi sebuah faktor penggerak utama bagi
pengembangan ubicomp device. Semakin
kecil sebuah device akan menyebabkan
semakin kecil pula fokus pemakai pada alat tersebut, sesuai dengan konsep off the desktop dari ubicomp.
Teknologi yang memanfaatkan
berbagai microchip dalam ukuran luar
biasa kecil semacam T-Engine ataupun Radio
Frequency Identification (RFID) diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
dalam bentuk smart card atau tag. Contohnya seseorang yang mempunyai
karcis bis berlangganan dalam bentuk kartu cukup melewatkan kartunya tersebut
di atas sensor saat masuk dan keluar dari bis setelah itu saldonya akan
langsung didebet sesuai jarak yang dia tempuh.
Gambar 4 Microchip dari
Toshiba dengan ukuran super mini
(sumber: IEEE Pervasive Computing)
Di negara-negara dengan
teknologi maju seperti Jepang, saat ini teknologi mikro dan nano telah
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari lewat berbagai sensor dan alat-alat
pemroses data dalam ukuran yang tidak terlihat oleh manusia di tempat-tempat
umum seperti tampak pada gambar 5 berikut:
Gambar 5
Sensor yang terpasang di
tempat umum sangat membantu bagi orang-orang cacat ataupun para turis. (sumber
gambar: IEEE Pervasive Computing)
c. Isu-isu
Seputar Ubicomp
Ø Security
Ubicomp membawa efek
meningkatnya resiko terhadap security.
Penggunaan gelombang, infra merah, ataupun bentuk media komunikasi tanpa kabel
lain antara alat input dengan alat pemroses data membuka peluang bagi pihak
lain guna menyadap data. Sebagai implikasinya sang penyadap dapat memanfaatkan
data tersebut untuk kepentingan mereka. Saat ini berbagai riset tentang
pengiriman data yang aman, termasuk penelitian terhadap protokol-protokol baru,
menjadi salah satu fokus utama dari riset tentang ubicomp.
Ø Privasi
Penggunaan devices pada manusia menyebabkan ruang
pada privasi semakin mengecil. Dengan alasan efisiensi waktu pegawai seorang
pimpinan dapat meminta semua karyawannya memakai tag yang dapat memonitor keberadaan karyawan tersebut di kantor.
Hal ini menyebabkan sang karyawan tidak lagi mendapatkan privasi yang menjadi
haknya karena keberadaannya dapat dipantau setiap saat oleh sang pimpinan
beserta data yang menyertainya, misalnya sang pimpinan menjadi dapat mengetahui
berapa kali sang karyawan pergi ke toilet hari itu.
Di dalam beberapa film
fiksi ilmiah kita sering melihat bagaimana pemerintah suatu negara yang
paranoid berusaha memberikan tag pada
setiap warganya demi mendapatkan data dengan dalih keamanan nasional. Apabila
tidak mempertimbangkan hak-hak privasi dan etika, dengan teknologi saat ini pun
hal tersebut sudah dapat diaplikasikan.
Ø Wireless
Speed
Dengan berbagai macam ubicomp devices tuntutan akan kecepatan
teknologi komunikasi nirkabel menjadi sesuatu yang mutlak. Teknologi saat ini menjamin kecepatan
ini untuk satu orang atau beberapa orang dalam sebuah grup. Tetapi ubicomp tidak hanya berbicara tentang
satu device untuk satu orang, ubicomp membuat seseorang dapat membawa
beberapa devices dan ubicomp juga harus dapat dimanfaatkan di
area yang luas semacam stasiun, teknologi yang ada saat ini belum mampu
menjamin kecepatan untuk situasi semacam itu karena itu ubicomp dapat menjadi tidak efektif apabila tidak didukung
perkembangan teknologi nirkabel yang dapat menyediakan kecepatan yang
dibutuhkan.
0 Response to "Komponen Komputer dan Masyarakat III"
Post a Comment