Oleh :
Adlul Al-Ghafiqi
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak terlepas dari dua pilihan atau lebih. Demikian juga dengan pemerintahan, jika kita
tidak menjadi pemimpin, maka kita menjadi
orang yang dipimpin. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam
menata kehidupan yang baik
dalam kehidupan bernegara sangat diperlukan
pemimpin didalamnya, baik pemimpin
negara maupun pemimpun daerah, bahkan setiap kita merupakan
pemimpin, yaitu pemimpin terhadap diri sendiri.
Namun persoalannya, pemimpin yang bagai
mana yang akan
membawa bangsa ini pada umumnya
dan diri kita
sendiri pada khususnya menuju kehidupan yang adil,
makmur, dan sejahtera,
atau dapat dikatakan untuk terwujudnya kehidupan masyarakat yang madani?
Tidak sedikit pada saat
ini banyak kita
melihat ketidaksesuaiannya sikap pemimpin kita dalam melakukan
suatu hal dan
kebijakan yang pada akhirnya akan menjadi masalah yang besar yang berdampak pada ketidaknyamananya masyarakat dan membuat
rugi banyak orang. Pemimpin
merupakan sosok yang
memiliki kekuasaan untuk mengatur tata hidup bernegara yang baik.
Namun apakah pemimpin saat ini
telah memenuhi syarat sebagai pemimpin yang baik
yang mampu membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang
madani jauh dari
kerusuhan dan permasalah dalam kehidupan
kita? Apakah pemimpin
di negara ini hanya Numpang Nama sebagai
orang yang terpandang
dan dihargai serta disegani? Setiap
kita dapat menjawabnya
sesuai dengan fakta
yang ada.
Oleh
karena itu, pemimpin
yang bagaimanakah yang
semestinya sehingga mampu membawa
bangsa ini menjadi
bangsa yang madani? Maka dari
itu pada kesempatan
kali ini, penulis
akan mencoba untuk
memaparkan apa-apa yang
penulis pahami tentang
hal ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pemerintahan
negara, para pemimpin
haruslah bersikap bijaksana
dan adil serta berbuat baik. Allah
SWT berfirman di
dalam Al-qur’an surat
An-Nahl ayat 90:
Artinya
: “Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan
Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat
mengambil pelajaran” (Q.S.
An-Nahl: 90).
Dari ayat tersebut
dapatlah kita ambil
kesimpulan, bahwa untuk
mewujudkan masyarakat yang
madani, ada beberpa
hal yang harus
kita lakukan dan
juga sebagai tugas
pemimpin untuk memimpin
rakyat dengan baik.
1.
ADIL
Allah
SWT telah memerintahkan
kepada kita untuk
senantiasa berperilaku adil. Hal
ini juga berlaku
pada pemimpin sebagai
oknum yang sangat
penting dalam pembentukan
masyarakat yang madani. Adil adalah meletakkan
sesuatu sesuai dengan
apa yang sebenarnya.
Pada saat ini,
bisa dikatakan bahwa
para pemimpin di
Indonesia ini tidak
lagi menjunjung tinggi
nilai keadilan yang diajarkan
dalam agama. Banyak
para pemimpin yang
hanya mementingkan kepentingannya masing-masing, yang
tidak peduli dengan
kebenaran, selalu mencari
cara untuk meraih
keuntungan pribadi tanpa
memandan keadilan dan
kebenaran dalam bertindak.
Padahal, jika para
pemimpin yang duduk
menjadi pejabat itu
telah menjunjung tinggi
nilai keadilan, maka
masyarakat akan dapat
hidup damai tanpa
adanya kecurangan.
Allah selalu
memerintahkan kita untuk
senantiasa berperilaku adil,
baik kepada Allah,
diri sendiri, dan
berperilaku adil kepada
makhluq Allah SWT.
Jika kita perhatikan, pada
saat ini, tidak
sedikit pemimpin yang
tidak memperhatikan tiga
hal tersebut. Banyak
dari pemimpin yang
tidak adil terhadap
Tuhannya. Merekan sibuk dengan
kepentingan pribadi tanpa
memperhatikan akan kewajibannya
kepada Tuhan. Dalam berkerja,
banyak para pemimpin
yang tidak ingat
ingat kepada Tuhan, apa
lagi untuk melaksanakan
kewajiban kepada-Nya. Inilah
yang menyebabkan banyak
dari pemerintah yang hanya
duduk santai sambil
minum kopi di
kantor mereka karena
mareka tidak ingat
akan kewajiban mereka
untuk berperilaku adil
kepada Tuhan.
Selanjutnya, Allah SWT
memerintahkan kita untuk
berperilaku adil kepada
diri sendiri. Pemerintah
harus adli terhadap
dirinya sendiri. Pemerintah
harus merasa bahwa
mereka adalah orang
yang diberi amanat
oleh rakyat untuk
membimbing mereka untuk
mencapai kemanisan hidup
bernegara secara damai
dan tentram. Banyak para
pemimpin kita yang
tidak adil pada
dirinya sendiri, mereka
berpura-pura tidak tahu
akan kesalahan-kesalahan yang
sengaja ia perbuat yang
pada akhirnya ia
akan mendapatkan siksaan
akibat perbuatannya itu,
dalam arti kata
ia tidak berlaku
adil terhadap diri
sendiri dengan cara
menzholimi dirinya sendiri.
Makna lain dari
adil terhadap diri
sendiri juga berarti
adil kepada keluarga.
Banyak para pemimpin
yang tidak adil
kepada keluarganya. Banyak
para pemimpin yang
memberikan suatu jabatan
kepada keluarga mereka
ataupun karib mereka,
padahal mereka tidak
layak untuk menjadi
seorang pemimpin.
Kemudian, para pemimpin
juga harus berperilaku
adil terhadap makhluq
ciptaan Tuhan. Betapa banyak
masyarakat yang terzholimi
akibat ketidakadilan pemimpin
terhadap sesama makhluq.
Betapa banyak masyarakat
yang menjadi korban
dari ketidakadilan tersebut dan
betapa banyak orang
yang tidak berdosa
yang menjadi korbannya.
Ketidakadilan tersebut akan
mendatangkan malapetaka yang
tidak akan henti-hentinya terjadi
jika sikap adil
tersebut tidak direalisasikan dalam
pemerintahan. Sikap adil ini
sangat didamba-dambakan oleh
masyarakat demi terwujudnya
masyarakat yang madani
karena akan memberikan
dampak positif yang
menjadi buahnya. Lihatlah
betapa banyak kejahatan
yang terjadi dimasyarakat
akibat ketidakadilan pemimpin
yang hanya mementingkan
diri mereka masing-masing.
Rakyat sangat membuuhkan
kedamaian dan ketenangan.
Jika sikap adil
ini telah diterapkan
dalam pribadi kita
msing-masing dan juga
pemimpin, maka untuk
mewujudkan impian Indonesia
sebagai negara yang
madani akan terwujud
karena tidak ada
kejahatan dan kezholiman
yang terjadi pada masyarat
sehingga hidup damai
dan sejahtera. Pemimpin juga
harus menerapkan dalam
undang-undang untuk berperilaku
adil dalam memutuskan
suatu hukum. Jika
hal ini telah
terwujud, maka kita
hanya tinggal menunggu
saat-saat kehidupan yang
manis tersebut. Pemimpin
haruslah memberikan contoh
kepada masyarakat untuk
berperilaku adil, dengan
demikian maka masyarakat
akan mengikuti pemimpin
dan kejahatan serta
kezholiman akan hilang,
sehingga terwujudlah masyarakat
madani yang menjunjung
tingi nilai-nilai keadilan
yang menjadi modal
untuk terwujudnya kehidupan
yang damai.
2.
BERBUAT KEBAJIKAN
Di
dalam ayat tadi,
yaitu surat An-Nahl
ayat 90, Allah
juga menyuruh kita
untuk berbuat kebajikan.
Pemimpin haruslah bersikap
baik dalam kesehariannya, baik
dalam kehidupan keluarga
maupun kehidupan dalam
bergaul. Pemimpin harus
senantiasa menebar kebajikan
dalam setiap tindakan
dan perkataannya. Sikapa
ini akan menjadi
nilai tambah bagi
pemimpin tersebut. Jika
pemimpin telah berbuat
baik, maka sadar
tidak sadar mayarakat
akan berbuat baik
juga karena pemimpin
senantiasa bererilaku baik
dalam memimpin rakyatnya. Kehidupan yang
selalu diliputi oleh
nilai-nilai kebaikan, maka
kehidupan masyarakat akan
baik dan hidup
dalam lingkup yang
baik, sehingga masyarakat
merasa aman dan
tentram. Pemerintah juga
harus mengingatkan rakyat
untuk bersikap baik
melalui nasihat-nasihat yang
disampaikan dalam pidatonya
atau dengan cara
yang lain, sehingga
nuansa kebajikan dan saling nasihat-menasihati dalam
kebaikan dan kebenaran
itu terlihat dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga kita
tidak menjadi orang-orang
yang merugi. Sebagaimana
Allah SWT berfirman
di dalam Al-Qur’an surat
Al-‘Ashr ayat 1
sampai 3 yang
artinya “1. Demi masa. 2. Sungguh manusia
berada dalam kerugian.
3. Kecuali orang-orang
beriman dan mengerjakan
kebajikan serta menasehati
untuk kebenaran dan
saling menasehati untuk
kesabaran.”
Nuansa seperti inilah
yang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat. Islam mengajarkan
untuk berperilaku baik
kepada sesama manusia
dan makhluq Allah
yang lainnya. Dengan
berperilaku baik terhadap
sesama tanpa memandang
bulu, maka seluruh
lapisan masyarakat akan
merasa tenang dalam
hidup mereka, sehingga
kebaikan akan menjadi
kebiasaan bagi mereka yang
menjadi pokok kedua
dalam mencapai Indonesia
madani.
3.
MENOLONG KERABAT
Dalam
upaya menciptakan Indonesia
madani, syarat yang
ketiga sesuai dengan
ayat yang menjadi
landasan bembicaraan kita
ini adalah memberi
pertolongan kepada kerabat.
Dapat kita pahami,
untuk mewujudkan masyarakat
madani, maka pemimpin
harus menanamkan pada
dirinya dan masyarakat
untuk senantiasa tolong-menolong sesama
kita tanpa membedakan
ras, suku, bahasa,
bahkan agama masing-masing
dalam kebaikan.
Sikap ini akan
membuahkan rasa persaudaraan
diantara pemimpin dengan
sesama pemimpin, pemimpin
dengan rakyat, rakyat
dengan pemimpin, dan
rakyat dengan rakyat.
Jika hal ini
telah terwujud maka
nilai persaudaraan tersebut
akan mendorong masyarakat
untuk menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa
walaupun bangsa Indonesia
terdiri dari berbagai
ragam perbedaan, baik
perbedaan suku, bahasa,
bahkan agama. Dengan
demikian, maka unkapan
DR. Karell Stenbring yang berkata
Indonesia meskipun terdiri
dari berbagai ragam
suku, bahasa, adat-istiadat, dan
agama, namun hidup
dalam keramah tamahan
yang terbingkai dalam
wadah BHINNEKA TUNGGAL IKA, tidak
akan menjadi kenangan
belaka seperti yang
terjadi saat ini.
Sehingga perbedaan tidak
akan menjadi cikal-bakal
disintegrasi bangsa yanng
akan meruntuhkan dan
menghancurkan bangsa indonesia
ini.
Dengan adanya sikap saling
tolong-menolong ini, maka
akan membuat masyarakat
merasa tidak takut
dalam menjalani hidup
yang keras ini
karena kita saling
bahu-membahu,
tolong-menolong, saling harga-menghargai, dan
saling hormat-menghormati antara
satu dengan yang
lainnya.
4.
MENINGGALKAN PERBUATAN KEJI
Allah SWT
melarang pemimpin dan
rakyat untuk melakukan
perbuatan keji. Seperti
yang telah dipaparkan
tadi, bahwa jika
kita hidup menjunjung
nilai-nilai kebaikan akan
membuahkan kedamaian, maka
perbuatan keji akan
mengakibatkan kerusuhan yang
akan menjadikan masyarakat
merasa risih dan
tidak nyaman. Kalaulah
hal ini terjadi,
maka cita-cita kita
untuk mewujudkan Indonesia
sebagai negara yang
madani hanya tinggal
impian belaka.
Pemimpin harus mencerminkan
sikap yang layak
untuk di contoh
oleh rakyat. Jika
pemimpinnya saja sudah
bersikap buruk, apalagi
dengan rakyatnya. Rakyat
yang melihat buruknya
pribadi seorang pemimpin
akan membuatnya merasa
tidak segan dan
tidak mau tunduk dan
hormat kepada pemimpin. Rakyat
akan merasa aman
untuk berbuat kejahatan
karena pemimpin yang
seharusnya menjadi panutan
juga melakukannya, bahkan
hidup serba ada
yang mendapat uang
makan dari rakyat.
Pada saat ini,
sudah menjadi rahasia
umum kalau pemimpin itu
berbuat senonoh dan
berbuat kejahatan dan
pencurian. Banyak pemerintah
yang seenak perutnya
mengambil uang rakyat
dengan jumlah yang sangat
besar, hal ini tidak hanya
dilakukan oleh satu
oknum, namun dilakukan
dengan cara berjamaah.
Apakah pemimpin sekarangg
hanya berkeinginan duduk
menjadi pejabat hanya
sebagai sarana untuk
memuaskan dir atau
golongan dengan cara
mengambil apa yang
tidak berhak ia
ambil sehingga banyak
rakyat yang hidup prihatin dalam
kelaparan dan kesusahan.
Hal ini yang
menjadi penghambat untuk
terwujudnya Indonesia Madani.
Bahakn mereka yang
telah melakukan korupsi
tersebut bebas berkeliaran
kemana-mana sesuai dengan
keinginannya.
Keburukan tersebut akan
menjadi cermin pandang
bagi masyarakat dalam
bertindak. Jangan salahkan
rakyat jika rakyat
mencuri dirumah seorang
pemimpin saja, namun
kita harus lebih
menyalahkan pemimpin yang
berbuat kei dengan
cara korupsi tersebut
yang telah meluluh-lantakkan nilai-nilai kebenarang sehingga
banyak rakyat yang
menjadi korban dari
kekejian mereka
5.
MENINGGALKAN
KEMUNGKARAN DAN PERMUSUHAN
Allah melarang kita
untuk melakukan kemungkarang,
ingkar kepada Allah
dan Rasulnya, serta
ingkar kepada pemimpin, dan
Allah juga melarang
untuk bermusuh-musuhan. Pemimpin
harus menanamkan sikap
taat kepada rakyat
dengan cara melakukan
perbuatan-perbuatan yang dibenarkan
oleh agama dan
undang-undang dan menjauhkan
sikap yang terlarang
dalam kehidupannya. Hal
ini akan menjadikan
rakyat selalu patuh
dan taat kepada
pemimpin sehingga kehidupan
bermasyarakat akan berjalan
dengan teratur dan
rapi sesuai dengan
apa yang diharapkan. Kemudian pemimpin
harus menjauhi sikap
permusuhan baik sesama
pemimpin maupun dengan
masyarakat. Karena hal tersebut
akan mendatangkan kehancuran.
Sudah banyak bukti
yang telah terjadi
sebagai dampak dari
perselisihan dan permusuhan.
Lihatlah, betapa pilu
dan sedih hati
kita, ketika petikaian
di Balinuraga, Lampung, meledak.
Ratusan rumah warga
hangus dibakar, belasan
jiwa menjadi korban,
bahkan ratusan warga
hidup prihatin dalam
pengungsian. Itu semua
merupakan dampak dari
pertikaian dan permusuhan
yang diselesaikan dengan
cara yang sangat
buruk. Padahal, jika
masyarakat tersebut mau menaati
pemimpin dan hukum
di Indonesia, maka akar
dari perselisihan tersebut
dapat diselesaikan melalui
jalur hukum, bukan
dengan angkara murka.
Lihatlah, betapa memalukan
dan memilukan, ketika
Tim Nasional sepak bola
Republik Indonesia gagal
melaju kebabak selanjutnya
diturnamen piala AFF 2012
di Kuala Lumpur,
Malaisya, yang disebabkan
minimnya pemain yang
berkualitas sebagai dampak
dari perpecahan dan
kekisruhan yang terjadi
ditubuh PSSI.
Apabila kita masih
terlena dengan semua
ini, maka perbedaan
tidak akan membuahkan
nikmat, namun perbedaan
akan mendatangkan laknat.
Sudah sekian banyak
bukti yang nyata
sebagai dampak dari
permusuhan yang dapat
merusak nilai-nilai madani.
Oleh karena itu
dengan tegas Allah
mengatakan dalam penggalan
firman-Nya
”Dan berpegang
teguhlah kalian semua
pada tali agama
Allah, dan jangan
lah bercerai-berai...”(Q.S. Ali
Ilmran: 103).
Jika pemimpin dan
rakyat patuh dan
tidak inkar terhadap
firman Allah tersebut,
maka kekacauan-kekacauan yang
terjadi saat ini
tidak akan terjadi.
Namun pada saat
ini, tidak sedikit
dari pemimpin dan
rakyat yang inkar
terhadap kebenaran-kebenaran yang
telah diajarkan dalam
setiap agama yang
dianut oleh rakyat
Indonesia ini. Kita
harus merubah pola
fikir kita yang
selalu mementingkan kepuasan
diri dari pada
taat kepada Tuha,
Rasul-Nya, dan pemimpin.
Disamping lima hal
tersebut, pemimpin harus
bisa menegakkan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan
di Indonesia ini.
Pemerintah harus menanamkan
nilai persaudaraan diantara
sesama masyarakat, saling
melengkapi kekurangan yang
terdapat dalam perbedaan
dan menjadikan perbedaan
sebagai jembatan emas
untuk memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa
sehingga akan menghancurkan
bibit-bibit disintegrasi bangsa
yang akan menghancurak
bangsa Indonesia ini,
demi terwujudnya masyarakat
madani, masyarakat yang
adil dan makmur.
Baldatun Thayyibatun, Wa
Rabbun Ghafur......
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari Urayan
makalah yang telah
penulis paparkan, maka
dapatlah kita ambil
kesimpulan bahwa Kepemimpinan
nasional akan dapat membangun masyarakat
madani dengan cara :
1.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
berperilaku adil.
2.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
berbuat kebajikan.
3.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
berperilaku peduli terhadap
sesama dengan memberi
pertolongan kepada yang
membutuhkannya.
4.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
tidak berbuat keji.
5.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
menjauhi kemungkaran dan
permusuhan.
6.
Menanamkan dan
memberi contok untuk
membina nilai-nilai persatuan
dan kesatuan serta
rasa persaudaraan antara
satu dengan yang
lainnya.
2.
Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini
penulis buat semaksimal
daya penulis sesuai
dengan apa yang
penulis ketahui. Penulis
sadar akan adanya
kesalahan-kesalahan dan kekeliruan
yang ada dalam
makalah ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran
guna mendapatkan pengetahuan
dan pemahaman yang
lebih baik dan
lebih sempurna.
Akhirnya hanya kepada
Allah-lah penulis mohon
ampun, dan penulis
meminta maaf kepada
orang yang tersinggung
dengan apa yang
penulis paparkan atas
kesalahan-kesalahan dan kekhilafan.
Mudah-mudahan apa yang
penulis uraikan dapat
menambah wawasan kita
semua dan dinilai
ibadah oleh Allah
SWT, serta bermanfaat
bagi kita dan
bangsa ini untuk
mewujudkan Indonesia Madani.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Kariem.
N.A,
Baiquni, dkk, Indeks Al-Qur’an
Cara Mencari Ayat
Al-Qur’an, Surabaya: Arloka,
1996
0 Response to "Makalah Kewarganegaraan (PKN)"
Post a Comment